Friday, 10 January 2014

Billy Elliot the Musical

In the past few days, I've been dragged into a new obsession.


Adapted from the film with the same name, Billy Elliot the Musical tells the story of a boy's dream on being a dancer despite the stereotype of a male dancer in that era, while his father and older brother struggled in the 80s UK miners' strike.

While I haven't seen the show myself, various browsing in YouTube and Google assures me that this is a show worth watching. Although, I have to warn you that the show, at least the original and the recorded soundtrack, has some strong language.

One of the factor that I makes me just wanted to go straight to London's West End, the theatre where Billy Elliot originally premiered, is the songs.

Composed by Sir Elton John, the musical scores are simply fabulous. Even though I've never seen the show as I said before, and even though English is not my native, somehow I can feel the general emotion within each songs. For example, every time I hear the song 'The Letter (reprise)', somehow I always felt like I wanted to cry.

Another factor is the accent. No offence to the natives of the Geordie accent, but it's simply unique. Since the first time I saw a performance of 'Electricity', I immediately fell in love with the accent. It's just... As Billy said in that song, 'I can't really explain it...'

And the last is choreography. From the videos I've seen in YouTube, the dances, especially Billy's, is so difficult, and totally great. How the choreographers managed to make a rage into an energetic tap dance is beyond my knowledge. That's why it's not really a surprise when I found out that the boys who played Billy were trained intensively for 6 months before they can play.

To sum it up, great show. Hope I can see it someday. And let this show to be an inspiration to others because as Michael and Billy said,

What the hell is wrong,
With expressing yourself?
What we need is in-div-id-ual-ity!

Thursday, 9 January 2014

Hospital

Tonight my grandma was, once again, submitted to the hospital. I'm worried about her. Let's just hope the best for her.

Wednesday, 8 January 2014

Oh no!

My internet's down. I can't do anything now. Fortunately I still have my phone. Well, I guess I should catch up my sleep. Bye, for now.

Monday, 6 January 2014

Godaan

Sudah dua hari ini saya banyak membuka Twitter dan FaceBook. Padahal, saya justru baru akan kembali bersekolah. Kenapa? Hal ini juga yang ditanyakan ibu saya. Kenapa buka-buka Twitter dan FaceBook pas mau ujian?
Well, seperti yang saya pernah bilang di posting sebelumnya, Twitter dan FaceBook tentunya punya banyak godaan disamping manfaat yang juga tidak kalah banyak. Nah, kalau saya sama sekali menolak untuk membuka situs-situs tersebut seperti yang saya lakukan beberapa bulan terakhir, ketika sekalinya saya terpaksa membuka, maka saya tentu akan kewalahan dengan godaan yang tersedia. Ibaratnya, seseorang yang kelaparan beberapa hari, ketika dapat kesempatan makan, tentu akan makan sebanyak-banyaknya. Sedangkan, orang yang setiap makan selalu sampai kenyang, maka sekalinya diminta tentu bisa menahan diri untuk tidak makan terlalu banyak.
Nah, sesuai dengan analogi itulah, maka saya sekarang tetap membuka FB dan Twitter dengan tujuan agar bisa selalu menahan diri dan tidak kewalahan. So far so good, saya tidak keterusan ketika membuka situs-situs tersebut, tapi kita lihat saja nanti. Semoga saya tidak tergoyahkan.
Salam.
PS: Sebenarnya saya juga tidak yakin dengan analogi diatas ._. Semoga nanti dapat analogi yang lebih tepat, amiiin..

Written 6 January 2014

Sunday, 5 January 2014

Who Cares?

Sesuai judul, who cares? We are who we are, kita adalah diri kita sendiri. Jangan pedulikan orang lain. Inilah yang menjadi salah-satu motivasi saya untuk kembali menulis di blog ini.

Tidak peduli apakah orang lain menyukai isi tulisan kita atau tidak, tidak peduli juga ada yang baca atau tidak, yang penting terus berkarya B)

Seperti kemarin, hari ini saya masih sibuk memberes-bereskan FaceBook yang sudah hampir 2 tahun tidak pernah saya buka-buka. Dan ternyata, entah darimana saya terkenalnya, dari 400an friend request yang masuk, sebagian besar dari fans-fans Idola Cilik atau Coboy Jr. Bahkan, dari tadi hanya sekitar 5 orang yang memang saya kenal. Jadi dengan senangnya saya berkali-kali meng-klik tombol 'Hapus'.

Jadi sekarang, tanpa banyak-banyak buang waktu, saya kembali menghapus friend request. So long.


PS: Judul postingan kali ini terinspirasi dari ucapan adik saya yang juga sedang mengetik isi blog. Check out her blog http://namiraazzahra.blogspot.com/ !!

Saturday, 4 January 2014

Sibuk

Setelah hampir sekian bulan tidak membuka Twitter dan hampir 3 tahun tidak membuka FaceBook, saya akhirnya memutuskan untuk kembali ke dunia berbahaya yang disebut Social Media. Kenapa saya sebut berbahaya? Karena walaupun banyak keuntungannya, bila kita tidak berhati-hati, berbagai gangguan yang menggiurkan akan menggoda kita.

Maaf kalau pendek dan tidak nyambung. Saya menulis sambil mengantuk, tapi harus menulis karena janji pada diri sendiri. MERDEKAA!! (?)

Adios.

Coming Back (Again)

2 Years.
It's been 2 years since I last post something in this blog.
2 years since I wrote something worth publishing (for me, that is).
2 years since I last done my self-appointed goal, which was to write 1 page a day.

So, why did I decided to start writing again?

The answer to that question is, I believe, Dominic Holland.

A somewhat successful writer, comedian, and father, Holland, nicknamed Dom, had tried to get into Hollywood for several years-only to be preceded by his son. And instead of being bitter toward his son, Dom, as I would be if I were in his position, became an extremely proud father. In fact, he has even written a book about his relationship with his son!

Anyway, after 2 days of reading his posts on his own website, I become inspired to keep writing, no matter what happens. Even if my writing doesn't got enough, if there's any, attention, I feel like I should keep writing, at least just for the fun of it.

So that's why I'm now determined to continue writing. Hopefully, I won't stop writing for a long time. Again.

Thursday, 6 December 2012

Review Negeri Para Bedebah


Tapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah petarung sejati tidak akan pernah berkhianat.

Judul Buku               : Negeri Para Bedebah
Nama Pengarang     : Tere-Liye
Penerbit                    : PT Gramedia Pustaka Utama Juli 2012
Tebal Halaman        : 440 halaman
Tere-Liye kembali lagi dengan salah satu novel terbarunya, Negeri Para Bedebah. Melalui tokoh Thomas, seorang ahli ekonom yang berusaha menyelamatkan bank milik keluarganya, Tere Liye seakan menyentil masyarakat Indonesia, terutama para ahli ekonom, akan banyaknya manipulasi keuangan di Negeri ini.
Buku ini dibuka dengan wawancara Thomas diatas sebuah pesawat dari London dengan seorang wartawati yang bernama Julia. Turun dari pesawat, Thomas langsung menuju lantai teratas salah satu gedung pencakar langit ibukota. Di sana, Thomas menghadiri sebuah klub tinju yang berisi para petinggi-petinggi perusahaan dan pejabat-pejabat yang ingin melampiaskan stress bekerja dengan cara bertinju. Pulang dari klub tersebut, Thomas yang berusaha tertidur dikejutkan oleh kehadiran pembantu pamannya yang sudah lama tidak bertemu dengan Thomas. Rupanya, bank milik keluarga Thomas terancam bangkrut, dan pamannya itu, Om Liem, terancam hukuman kurung penjara. Walaupun sudah lama bertengkar dengan Om Liem, Thomas rela turun tangan untuk membantu pamannya itu, karena Thomas merasa ada sesuatu yang janggal dengan dengan pembangkrutan bank pamannya tersebut.
Seperti buku-buku karangan Tere-Liye sebelumnya, gaya bahasa Tere-Liye, yang akrab dipanggil bang Tere, sangat terasa dalam buku ini. Menggunakan susunan kata yang gampang dimengerti, diawal buku Bang Tere melalui Thomas menjelaskan beberapa konsep dasar ekonomi. Sepanjang buku, ciri khas Bang Tere, seperti penggunaan kalimat tidak langsung untuk dialog, sangatlah menonjol.
Hal lain yang sangat menarik adalah alurnya. Untuk mencegah runtuhnya bank Om Liem, Thomas harus menaklukkan beberapa ‘pion’ penting dalam pengambilan keputusan apakah bank itu akan gulung tikar, ataukah bank itu akan ditalangi pemerintah? Berbagai cara dilakukan Thomas untuk meyakinkan ‘pion-pion’ tersebut, seperti sengaja satu pesawat dengan pimpinan Bank Sentral, berpura-pura mewawancarai Ibu menteri, dan sebagainya.
Sembari mengejar-ngejar ‘pion-pion’ tersebut, Thomas juga harus menghindari kejaran polisi yang mengejarnya karena Thomas membantu Om Liem kabur dari kepungan polisi. Seperti saat mengejar-ngejar ‘pion’, untuk kabur dari Polisi Thomas menggunakan berbagai cara. Mulai dari berpura-pura naik pesawat keluar Negeri, sampai cara yang ‘terkenal’, yaitu membayar sipir penjara.
Hal menarik lainnya adalah berbagai pengetahuan yang diselipkan Tere-Liye dalam buku ini. Seperti dalam salah satu adegan, Thomas harus menggunakan racun dari bahan yang ada disekitarnya. Maka teringatlah Thomas akan cerita Opanya sekian tahun lalu. Saat itu entah kenapa Opa sedang mengajarkan Thomas mengenai racun-racun disekitar kita. Salah satu tumbuhan yang diceritakan Opa adalah racun dalam bunga terompet. Jadilah Thomas menaburkan serpihan bugna terompet diatas Pizza yang dipesan polisi.
Salah satu ciri khas Tere-Liye yang lain adalah penamaan tokoh. Hampir setiap buku Tere-Liye mempunyai tokoh utama yang sampai akhir buku tidak diberikan nama. Misalnya, sampai akhir buku, perwira polisi dan petinggi jaksa yang menjadi antagonis utama, tidak pernah disebutkan namanya.
Sayangnya, alur cerita yang campuran, ditambah beberapa penjelasan yang diselipkan ditengah cerita, dapat membuat bingung pembaca yang masih belum terbiasa dengan gaya menulis Tere-Liye. Bagi pembaca yang tidak serius, akan cepat merasa bosan dengan novel ini.
Akan tetapi, bagi saya alur cerita yang campuran ini justru menambah kemenarikan dari buku ini. Digabungkan dengan alur yang tak terduga, gaya penulisan yang khas, pengetahuan-pengetahuan yang diselipkan, dan tokoh-tokoh tak bernama, buku ini merupakan salah satu buku rekomendasi saya. Usahakanlah membaca buku ini, karena “Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata”

Jakarta, Desember 2012

Minggu tenang = Banyak tugas?

Minggu sebelum ujian akhir semester biasanya adalah minggu tenang yang free akan tugas. namun itu bukanlah yang terjadi di SMA saya. Bukannya mengeluh (walaupun emang sebenarnya mengeluh), tapi dengan tugas yang sekian banyaknya, kesempatan untuk berlatih pelajaran lain jadi berkurang, dan bagi saya, kesempatan untuk menulis juga menjadi hampir tidak ada. Jadi, inti dari posting ini, selain untuk memberi tahu bahwa saya masih sehat, alhamdulillah, dan bahwa saya akan mulai posting sekali sehari lagi InsyaAllah mulai tanggal 14 Desember. Jadi untuk sekarang, Adios

Jakarta, Desember 2012

Sunday, 2 December 2012

Review Konser Super Dahsyat Menuju Idola Cilik 2013


Setelah penungguan lama, ICL bisa bersenang lagi. Mulai hari ini, IC 2013 telah tayang di TV!!

Minggu, 2 Desember 2012, RCTI menayangkan kembali episode pertama IC 2013 berjudul “Konser Super Dahsyat Menuju Idola Cilik”. Konser dibuka oleh Coboy Jr dengan lagu ‘#Eeeaaa’.

Menurut saya, konser tadi itu sudah lumayan, tapi banyak juga yang membuat saya kecewa. Sebagai contoh, Walaupun berjudul konser Idola Cilik, tapi kebanyakan performers adalah tamu. Begitu juga dengan hostnya. Kak Okky yang menjadi ciri khas hampir semua episode Idola Cilik tidak tampil. Semoga saja, di episode-episode yang akan datang, kak Okky kembali ber-host ria.

Hal lain yang membuat saya kecewa, adalah susunan juri. Sayang sekali, om Duta dan om Dave tidak lagi menjabat sebagai seorang juri dalam Idola Cilik. Saya hanya bisa berharap, semoga satu saat nanti, beliau kembali diundang ke Idola Cilik.

Hal terakhir, adalah kurangnya alumni Idola CIlik yang diundang. Mungkin karena masalah akomodasi, tapi itu bukan alasan yang tepat. Lintar yang setahu saya masih tinggal di Padang, datang. Sementara, Ray yang tinggal di Jakarta, tidak diundang.

Walaupun banyak kekurangan, konser ini lebih kurang sudah mengobati sedikit rasa kangen penulis pada Idola CIlik. Lintar, Debo dan Patton sudah lebih dewasa semua. Debo terutama terasa sekali perubahannya dari penyanyi cilik dimasa IC 2 dan 3. Sementara Lintar masih memiliki banyak ciri khasnya, terutama pandangan matanya yang bening. Seperti kata Syahrini, Halilintar cetar membahana! (dan btw, pas saya lagi nulis ini, diluar sedang hujan petir. Hmm…)

Baiklah, sepertinya cukup segitu review saya untuk kali ini. Mungkin nanti Kalau ada gambarnya, akan saya upload. For now, Adios!!

M Thariq Ziyad.