Tuesday 16 December 2008

Life By Design

Life by design berarti menyiapkan masa depan kita. Salah satu cara untuk menyiapkan masa depan bagi pelajar adalah belajar dengan tekun. Sedangkan, untuk umum, salah satu caranya adalah ber mimpi. Bermimpilah modal Andrea Hirata sehingga ia bisa menjadi penulis novel yang novelnya dijuluki ‘Indonesian Most Powerfull Book’. Tahukah anda? Bahkan, orang yang tidak menyiapkan masa depannya sesungguhnya telah menyiapkan masa depan yang sengsara. Sebagai contoh, saya akan menunjukan video klip berikut:


Dalam video itu bisa kita lihat seekor domba yang saking kelaparannya, ‘menyiapkan’ masa depannya dengan cara berusaha menyantap seekor binatang-yang-saya-sendiri-kurang-yakin-apa-itu, kita sebut saja naga. Sehingga bahkan sang naga yang harusnya menyantap domba, takut pada domba


Wednesday 3 December 2008

Pengalaman Menarik



Pengalaman Menarik

Pengumuman Kelulusan

                Kejadian itu terjadi hari Senin, 23 juni 2008. Saat itu saya sudah mendapat  libur setelah UASBN. Di sekolah saya ada acara pengumuman kelulusan. Karena saya dan beberapa teman saya datang terlalu cepat, kami bermain-main dulu. Kebetulan, pada saat itu, saya membawa kamera. Maka saya potretlah teman-teman saya yang ‘membongkar’ kelas-kelas kosong yang tidak terkunci. Kamipun tertawa-tawa. Tak lama kemudian, terdengar panggilan dari arah masjid sekolah. Ternyata, pengumuman kelulusan  kami akan dibacakan di masjid itu. Suasanapun mulai menegang. Apalagi setelah beberapa acara pembuka, Guru kami yang menjadi MC mengatakan “terus terang, Bapak agak kecewa melihat nilai-nilai kalian. Di dalam map ini, sudah bapak hitung, dan ternyata jumlah amplopnya kurang dari jumlah murid disini.” Sayapun memperhatikan wajah teman-teman saya. Saya melihat, raut wajah teman-teman saya yang was-was. Saya sendiri sebetulnya tidak terlalu khawatir pada nilai-nilai saya, tapi, saya khawatir akan nilai teman akrab saya yang kurang pintar. Semua anak hampir menangis. Saat itu, Guru saya yang bertindak sebagai MC sudah meminta rekannya untuk menghitung dan mengecek ulang, apakah ada amplop yang terselip atau tertinggal di ruang guru. Setelah tiga kali bolak-balik, Guru saya yang tidak bertindak sebagai MC menyatakan bahwa tidak ada amplop yang terselip. Suasanapun makin dan makin dan makin dan semakin menegang. Tiba-tiba Guru saya yang bertindak sebagai MC memanggil beberapa orang teman saya. Teman-teman saya yang dipanggil itu disuruh untuk pergi ke ruang guru. Didalam ruang guru, mereka dinasihati seolah-olah mereka tidak lulus. Sedangkan yang tinggal ditempat mendapatkan amplop berisikan surat kelulusan masing-masing. Suasanapun mulai menyantai. Walaupun begitu, saya masih khawatir tentang kawan-kawan saya yang tadi dipanggil. Ternyata…………… mereka lulus juga!! Segera saja sebagian teman saya bersujud syukur. Kabar yang saya  dapat dari kakak alumni, setiap tahun, Guru-Guru  hanya berpura-pura bahwaaaa………. sebagian dari kami tidak lulus! Selain pengumuman kelulusan, hari itu keluar juga nilai UASBN kami.  Ketika kami melihat ketempat nilai itu dipajang, kamipun segera membuat kerumunan yang ramainya minta ampun, astaghfirullah deh.. Untungnya tidak ada “korban jiwa” akibat “sakit jantung”. Saya pun berhasil memotret suasana pengumuman dan daftar nilai hasil UASBN tersebut.

 

M Thariq Ziyad

Kelas 7B

Hari Rabu, 3 Desember 2008

Tugas: Susulan Bahasa Indonesia

Tugas sejarah

Tugas sejarah:

Ciri-ciri manusia purba

 

§  Meganthropus

1.      Memiliki tulang pipi yang tebal

2.      Memiliki otot kunyah yang kuat

3.      Memiliki tonjolan kening yang menyolok

4.      Memiliki tonjolan kepala belakang yang tajam

5.      Tidak memiliki dagu

6.      Memiliki perawakan yang tegap

7.      Memakan jenis makanan tumbuhan

8.      Mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat

§  Pithecanthropus

1.      Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm

2.      Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc

3.      Bentuk tubuh & anggota badan tegap

4.      Alat pengunyah dan otot  tengkuk sangat kuat

5.      Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat

6.      Bentuk tonjolan kening tebal

7.      Bentuk hidung lebar

8.      Bagian belakang kepala tampak menonjol

§  Homo

1.      Volume otaknya antara 1000 – 2000 cc

2.      Tinggi badan antara 130 – 210 cm

3.      Otot tengkuk mengalami penyusutan lebih kecil

4.      Muka tidak menonjol kedepan

5.      Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

6.      Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan, lebih kecil dan lebih teratur


oleh : M Thariq Ziyad 

kelas: 7B

Sinopsis 'Laskar Pelangi'

Sinopsis Laskar Pelangi

Dibuat oleh : M. Thariq Ziyad

Kelas : 7B SMP Labschool Kebayoran

Tugas Sejarah

 

L

askar pelangi adalah novel yang menceritakan perjuangan dua orang guru yang terjadi di Belitong. Nama guru itu adalah Bu Mus dan Pak Harfan. Dihari pertama Andrea Hirata alias sang penulis novel yang dalam buku dipanggil sebagai Ikal, masuk sekolah SD, Bu Mus mendapatkan berita mengejutkan. Pak Harfan mengatakan, beberapa hari yang lalu, Pak Harfan mendapatkan surat peringatan dari pengawas sekolah DepdikBud Sumsel bahwa apa bila sekolah itu tidak berhasil mendapatkan 10 murid baru, maka sekolah tertua sekaligus termiskin se-belitong yang bernama muhammadiyah itu, akan dibubarkan. Setelah menunggu lama, murid yang datang baru berjumlah 9 orang termasuk Ikal. Sewaktu Pak Harfan akan membacakan pidato penutupan sekolah yang memang sudah disiapkan beberapa hari yang lalu, salah seorang calon murid temannya Ikal yang bernama Trapani tiba-tiba berteriak sambil menunjuk ke pinggir lapangan rumput luas halaman sekolah itu. “Harun!” teriak Trapani. Dipinggir lapangan itu, terlihatlah Harun yang memiliki keterbelakangan mental berlari dikejar ibunya ke arah sekolah. Sesampainya mereka dihadapan Pak Harfan, ibunya Harun memohon agar Harun diterima disekolah itu karena SLB terdekat berada di bangka dan “lebih baik kutitipkan dia di sekolah ini daripada dirumah ia hanya mengejar-ngejar anak-anak ayamku” alasan ibunya. Saat masuk SD, umur Harun sudah 15 tahun. Karena Harun, selamatlah Muhammadiyah dari pembubaran. Salah satu dari kesepuluh murid baru Bu Mus itu bernama Lintang. Kesan pertama Ikal terhadap Lintang adalah bau Lintang yang mirip bau hangus. Pelajaran pertama Ikal di sekolah barunya adalah pelajaran Pak Harfan. Dalam pelajarannya, Pak Harfan menceritakan kisah Nabi Nuh dengan cara yang sangat memesona Ikal. Pelajaran berikutnya adalah pelajaran Bu Mus. Acaranya adalah perkenalan. Murid yang pertama di panggil adalah A Kiong. Ketika maju kedepan, A Kiong hanya tersenyum-senyum sampai jam pelajaran selesai. Begitulah hari pertama Ikal dan kawan-kawan memulai 9 tahun penuh tawa, amarah, dan lain-lain ini. Dibuku juga diceritakan asal mula nama laskar pelangi. Nama itu berasal ketika pada musim hujan, mereka ber-10 memanjat pohon  filicium tua dibelakang sekolah mereka untuk melihat pelangi terbit. Masing-masing dari mereka memiliki dahan sendiri, namun yang diceritakan dibuku hanyalah dahan Sahara yang juga adalah dahan terendah, bukan karena Sahara tidak bisa memanjat, melainkan karena pakaian Sahara tidak memungkinkannya berada diatas mereka. Juga dahan Kucai yang berada di tempat teratas. O, ya, saya lupa memperkenalkan tokoh-tokoh anggota laskar pelangi, berikut adalah kesepuluh anggota laskar pelangi:

1.       Ikal hanyalah nama panggilan untuk anak bernama asli Andrea Hirata ini. Seperti nama panggilannya, Ikal memiliki rambut ikal. Selalu mendapat rangking dua.

2.       Lintang adalah ‘otak kanan’ kelas ini. Ia jenius dalam nyaris segala pelajaran, kecuali pelajaran menulis rangkai / indah. Keluarga Lintang yang terdiri dari 14 orang ini hanya dinafkahi oleh ayahnya

3.       Mahar adalah kebalikannya Lintang. Sementara Lintang adalah ‘Otak kanan’, Mahar adalah ‘Otak kiri’ kelas tersebut. Sayangnya, Mahar memiliki ‘keanehan’, yaitu menyukai hal-hal mistis. Walaupun mendapat julukan ‘otak kiri’, pada hari-hari pertamanya di Muhammadiyah, tidak ada yang tahu tentang daya imajinasi Mahar yang meledak-ledak. Pada suatu hari, seperti biasa, sambil menunggu sholat zuhur, diadakanlah pelajaran seni musik. Menurut Ikal, pelajaran ini diadakan hanya untuk dua hal, sebagai acara untuk menunggu sholat zuhur (waktu kepulangan Ikal), dan sebagai acara penghibur Bu Mus. Setelah tinggal 5 menit sebelum azan zuhur, Bu Mus memilih Mahar secara acak. Namun,tidak seperti Ikal dan kawan-kawan, Mahar tidak bernyanyi sambil cuek, sejak saat itu, Maharpun menjadi ‘otak kiri’ kelas itu.

4.       Kucai adalah ketua kelas abadi di kelas, sebab kepandaiannya berpolitisi. Namun, ia menderita rabun jauh, sebab, ia dulu menderita gizi buruk.

5.       Harun adalah anak yang memiliki keterbelakangan mental. Sampai kelas 3 smp, ia belum bisa membaca / menulis. Harun juga terobsesi angka 3 dan kucing. Ada juga kebiasaan lucu Harun. Yaitu setiap jam pelajaran pada mata pelajaran apapun, sejak mereka kelas 1 SD sampai mereka kelas 3 smp, Harun akan bertanya “ibunda guru, kapan kita libur lebaran?”. Bu Muspun akan menjawab “sebentar lagi anakku,”. Lalu Harun akan bertepuk tangan.

6.       Sahara adalah satu-satunya murid wanita dalam laskar pelangi. Ia terkenal dengan kekeras kepalaan, kegalakkan, dan kejujurannya. Tidak ada yang berani mencari gara-gara dengannya, sebab, apabila ia sudah marah, maka ia tak segan-segan mencakar, terutama pada A Kiong, sebab dapat dikatakan A Kiong dan Sahara adalah musuh bebuyutan. Namun, hal itu tak pernah terjadi apabila Sahara berhadapan dengan Harun. Sahara adalah satu-satunya pendengar setia cerita Harun tentang kucing Harun yang berbelang 3 melahirkan 3 anak kucing yang kesemuanya berbelang 3 pada tanggal 3 kemarin. Walaupun Harun sudah bercerita tentang itu selama 9 tahun, sejak mereka kelas 1 SD sampai kelas 3 smp.

7.       A Kiong adalah anak dari seorang Kong Hu Cu sejati. Tak ada yang tahu apakah yang dipikirkan oleh ayahnya ketika ia mendaftarkan anaknya di sekolah Muhammadiyah yang dari namanya saja sudah terlihat bahwa itu adalah sekolah Islam. Seperti yang dikatakan di atas, A Kiong adalah musuh bebuyutan Sahara.

8.       Borek (dibaca Bore’, ‘e’-nya dibaca seperti ‘e’ pada kata elang, bukan seperti pada kata ember, dan ‘k’-nya tidak dibaca penuh) adalah bocah yang biasa-biasa saja sampai pada suatu hari ia menemukan kaleng bekas obat penumbuh bulu yang bergambar pria yang hanya bercelana dalam dengan otot besar. Sejak saat itu, ia terobsesi dengan citra pria macho. Suatu saat, Borek yang kini dijuluki Samson oleh kawan-kawannya, menceritakan rahasia pembentukan otot dadanya pada Ikal. Rahasia tersebut adalah 1 bola tenis yang dibelah persis ditengah. Selain memberitahukan, Borek juga mempraktekkan teknik tersebut pada Ikal. Ternyata, bola tersebut dimaksudkan sebagai alat bekam. Saking kuatnya tekanan Borek di dada Ikal, Ikalpun meronta-ronta sampai akhirnya Ikal berhasil menendang Borek di selangkangannya. Setelah berhasil membebaskan diri, Ikalpun kabur.

9.       Trapani adalah seorang pemuda tampan, santun, ramah, dan lain-lain. Perilakunya itu menyebabkannya sering ditaksir cewek. Namun sayangnya, Trapani sangat dimanja oleh ibunya, begitu pula sebaliknya.

10.   Syahdan menempati tempat paling bawah dalam ‘sistim hukum’ kelasnya Ikal. Hal ini disebabkan oleh karena bentuk badannya yang agak kerdil dan kulitnya yang berwarna hitam.

 

Sekarang, saya akan menceritakan tokoh Mahar. Setelah bertahun-tahun ikut karnaval kemerdekaan tanpa persiapan, tahun ini, Pak Harfan dan Bu Mus memutuskan untuk sekali lagi ikut karnaval kemerdekaan. Tanpa pikir panjang, seisi Muhammadiyahpun setuju untuk menjadikan Mahar sebagai pencari ide. Walaupun begitu, setelah seminggu, Mahar belum juga dapat ide. Pada suatu pagi, Mahar mengejutkan seisi sekolah dengan menceritakan idenya, yaitu: tarian suku Masai!! Seisi sekolahpun bekerja keras berlatih koreografi yang diajarkan Mahar. Ketika hari h, merekapun memakai kostum masing-masing. Untuk kelasnya Ikal, aksesori yang mereka pakai adalah topi seberat hampir satu setengah KG dan dipakai dengan cara dililit tiga kali dan kalung buah aren. Sedangkan Mahar dan Sahara tidak ikut menjadi penari. Namun, ketika menunggu giliran untuk tampil, Ikal dan kawan-kawan merasakan gatal yang amat sangat. Setelah di telusuri, ternyata rasa gatal itu datang dari getah yang ada di kalung buah aren. Namun, untuk melepaskan kalung itu, mereka harus terlebih dulu melepaskan topi raksasa itu. Dan hal itu tidak mungkin lagi dilakukan, sebab Mahar sebagai penabuh rebana sudah memberi kode agar Ikal dan kawan-kawan tampil ke atas panggung. Di atas panggung, Ikal dan kawan-kawan berusaha untuk tidak menggaruk, karena mereka takut akan merusak koreografi yang sudah mereka latih berminggu-minggu. Namun, mereka justru menepuk-nepuk sekujur tubuh mereka hingga tampak seperti kesurupan. Melihat itu, Mahar bukannya kaget, malah dia tampak gembira. Rupanya, Mahar telah merencanakan semua itu. Ketika Ikal dan kawan-kawan turun dari panggung, mereka langsung mencari kolam air terdekat. Namun sayang, kolam air terdekat adalah kolam tempat pembuangan akhir ikan-ikan busuk yang tak laku dijual. Tentu bisa dibayangkan betapa baunya kolam tersebut. Namun, apa daya, itulah kolam terdekat dari panggung karnaval tersebut. Karena itu, sementara Mahar sebagai perencana tarian mendapat pujian dari juri karnaval, Ikal dan kawan-kawan tengah terbenam dalam kolam busuk tersebut. Di acara Kick Andy, bertahun-tahun kemudian, ketika Andy F. Noya mengundang Andrea (Ikal) dan Bu Mus, Bu Mus membawa oleh-oleh: kalung buah Aren!!

O, ya, saya lupa bercerita tentang A Ling, cinta pertama Ikal. Saya akan mulai bercerita tentang tugas membeli kapur. Tugas ini adalah tugas ‘horor’ bagi Ikal dan kawan-kawan. Sebab, mereka harus bergiliran mengayuh sepeda onthel melalui jarak yang sangat jauh. Sesampainya di toko satu-satunya pemasok kapur di Belitong timur ini, jika perut tak kuat, maka bersiaplah muntah… Prosedur membeli kapurpun selalu sama. Ikal menghadap A Miauw, pemilik toko bernama ‘Toko Sinar Harapan’ ini, lalu pergi ke bagian belakang toko dan A Miauw memerintahkan seseorang dibalik bilik itu untuk memberikan sekotak kapur. Satu-satunya penghiburan dari tugas ini adalah paras kuku sang pemberi kapur yang kebetulan adalah perempuan. Suatu hari, ketika Ikal ditemani Syahdan membeli kapur, sang nona pemberi kapur itu terlalu cepat melepas kotak kapur sebelum Ikal sempat mengambil kotak kapur tersebut. Tercecerlah kapur- kapur itu. Ketika Ikal sudah berhasil mengumpulkan sebagian kapur yang tercecer diluar bilik, dan sedang berada tepat didepan tirai pemisah bilik, sang nona pemberi kapur keluar dan berhadapan dengan Ikal. Sejak saat itu, Ikal memulai ‘hubungan asmara ’ dengan sang nona pemberi kapur yang ternyata bernama A Ling dan adalah sepupu dari A Kiong. Sayang sekali, hubungan ini harus berakhir karena kepergian A Ling ke Jakarta.

Tak lama setelah karnaval di atas, ada seorang anak pejabat PN Timah yang menghilang. Nama anak tersebut adalah Flo. Anak tersebut sebetulnya adalah anak perempuan, namun, sejak kecil, anak tersebut berperilaku seperti laki-laki. Setelah menghilang selama hampir dua hari, orang tuanya sepakat untuk meminta pertolongan pada Tuk Bayan Tula. Tuk Bayan Tula sendiri adalah dukun keramat yang betempat tinggal di pulau Lanun, dekat Belitong. Maka, dipilihlah rombongan umtuk menghadap Tuk Bayan Tula. Anggota utusan tersebut juga bukan orang yang main-main. Mereka adalah orang yang terbiasa menghadapi mistik, sehingga tidak gampang digertak oleh Tuk Bayan Tula. Mereka adalah pawang hujan, dukun angin, kepala suku Sawang, dan polisi senior. Mereka melakukan perjalanan selama hampir 6 jam. Sepulangnya rombongan itu, mereka tidak langsung menceritakan petuah Tuk Bayan Tula. Ternyata, Tuk berpesan agar petuahnya yang ditulis di sehelai kertas dibaca di Belitong. Warga pun membaca pesan Tuk. Isi kertas itu adalah:

 

INILAH PESAN TUK BAYAN TULA:

JIKA INGIN MENEMUKAN ANAK PEREMPUAN ITU

MAKA CARILAH DIA DI DEKAT GUBUK LADANG YANG

DITINGGALKAN. TEMUKAN SEGERA ATAU DIA AKAN

TENGGELAM DI BAWAH AKAR BAKAU

 

Segeralah dibuat beberapa tim pencari. Salah satu dari tim itu adalah Ikal dan kawan-kawan. Namun, setelah belasan rumah, Ikal dan kawan-kawan belum juga berhasil menemukan Flo. Dan melalui walkie-talkie, Ikal dan kawan-kawan tahu bahwa Flo masih tetap misteri. Ketika Ikal dan kawan-kawan sudah hampir menyerah. Syahdan iseng-iseng melihat melalui teropong miliknya. Tenyata yang ia lihat adalah sebuah gubuk ladang yang agak tersembunyi. Megetahui hal itu, Mahar yang adalah fans berat Tuk Bayan Tula dan tidak mau menerima komentar teman-temannya kecewa dengan petuah Tuk, berkeras ingin pergi ke gubuk yang agak angker itu. Akhirnya teman-temannya menyerah dan menuruti keinginan Mahar. Tak disangka, di pondok itu mereka menemukan Flo!.

Sebulan setelah kejadian itu, Mahar sedang diceramahi karena hobinya pada hal-hal berbau mistik, sehingga melalaikan tugas-tugas sekolahnya. Mahar sedang berargumen pada Bu Mus dengan kalimat “Aku mencari hikmah dari dunia gelap Ibundadan penasaran karena keingintahuan. Tuhan akan memberiku pendamping dengan cara misterius”. Tidak lama setelah Mahar mengucapkan kalimat itu, tiba-tiba Flo, Ibu Frischa yang adalah kepala sekolah SD PN Timah, dan ayahnya Flo, datang ke Muhammadiyah. Ternyata, Flo memaksa orangtuanya agar ia dipindah ke SD Muhammadiyah. Saat ia diperintah untuk duduk disamping Sahara, ia malah menolak dan meminta untuk duduk disamping Mahar alias menempati tempatnya Trapani. Akhirnya Trapani mengalah dan pindah ke sebelah Sahara yang selama 9 tahun ini adalah perempuan satu-satunya sehingga duduk sendiri. Ternyata, Flo pindah karena ia tertarik pada Mahar.

        Setelah kepindahan Flo, nilai mereka makin lama makin menurun. Ternyata, mereka tidak saja menyukai hal-hal berbau mistik, tapi juga mendirikan perkumpulan yang dinamakan ‘Societeit de Limpai’. Limpai sendiri adalah binatang legendaris jadi-jadian. Namun, beberapa cerita rakyat memberi definisi yang berbeda-beda pada limpai. Masyarakat pesisir Belitong menganggapnya sebagai peri yang hidup di gunung-gunung. Masyarakat Belitong bagian tengah ia adalah binatang besar berwarna putih yang mirip gajah atau mammoth. Dan sebagainya. Kelompok ini mengadakan kegiatan secara tersembunyi, karena masyarakat Belitong saat itu tidak menyukai hal-hal berbau mistik. Karena nilai-nilai Mahar dan Flo rendah, Societeit de Limpai memutuskan untuk pergi ke Tuk Bayan Tula. Dalam perjalanan, kapal mereka diserang badai. Namun, salah seorang anggota Societeit de Limpai mengumandangkan azan berkali-kali. Tak lama sesudah itu, badaipun berlalu. Merekapun tiba dengan selamat di pulau Lanun. Sesampainya disana, mereka ‘disambut’ oleh Tuk. Setelah lama berdiam diri, Flo mengambil inisiatif untuk membawa Mahar ke dekat Tuk Bayan Tula. Maharpun berbisik pada Tuk untuk menyampaikan kisah perjalanan dan maksud kedatangan mereka seraya menyerahkan selembar kertas dan sebuah pulpen. Tanpa suara dan dengan kecepatan yang tak masuk akal beliau kembali kedalam gua tempat tinggalnya. Di dalam tempat tinggalnya, Tuk seperti sedang bertarung melawan makhluk gaib demi menemukan pemecahan permasalahan Mahar dan Flo. Ketika Tuk keluar, kertas yang diberi olah Mahar sudah dalam keadaan tergulung. Tukpun memberi isyarat agar pesan itu dibuka di Belitong. Ketika Mahar akan membuka pesan tersebut di SD Muhammadiyah, orang yang menyaksikan pembacaan tersebut ternyata hampir sekampung! Karena untuk menjumpai Tuk, mereka harus melewati banyak bahaya. Namun, ternyata, isi pesan tersebut adalah:

 

INILAH PESAN TUK BAYAN TULA UNTUK

KALIAN BERDUA,

KALAU INGIN LULUS UJIAN:

BUKU BUKU, BELAJAR!!

 

Sehari setelah pertemuan mereka dengan Tuk Bayan Tula, Mahar dan Flo menemui Bu Mus dan meminta maaf pada Bu Mus. Kesokan harinya, Mahar membubarkan Societeit de Limpai. Sedangkan Tuk sendiri tak ada yang tahu apa nasibnya. Dan kesokan harinya lagi, Flo membuat semuanya terkejut dengan memakai jilbab ke sekolah

 

                Sementara itu, di Belitong, akan di adakan acara cerdas cermat. Bu Muspun pontang-panting mempersiapkan muridnya untuk mengikuti lomba tersebut. Baik akal maupun mental. Pada awalnya, tim yang terpilih adalah Lintang, Trapani, dan, Ikal. Mereka kuat dalam matematika, hitungan-hitungan IPA, biologi, bahasa inggris(Lintang), kewarganedaraan, tarikh Islam, fikih, budi pekerti, dan sedikit bahasa Indonesia(Ikal). Namun, mereka lemah dalam geogafi. Sedangkan peraih nilai tertinggi dari geografi adalah Sahara. Maka tim mereka sekarang terdiri dari Lintang, Sahara, dan, Ikal. Namun, latihan selama berbulan-bulan itu sia-sia saja. Mental mereka turun ketika menghadapi tim SD PN Timah yang dilatih secara khusus oleh Drs. Zulfikar, guru teladan SD tersebut. Ketika hari perlombaan tiba, mereka semua merasa putus asa. Namun, ketika sang MC belum selesai membacakan soal pertama, bel dari regu F, regu Muhammadiyah, meraung. Lintang yang menekan tombol bel, menjawab dengan tepat. Selama beberapa soal berikut, hal yang terjadi adalah monoton. MC membaca soal yang diselak oleh raungan bel regu F, pekikan jawaban dari Lintang, dan pekikan “seratuuussssss” dari sang MC. Hingga terjadilah insiden itu, (untuk mempermudah, saya akan membentuk percakapan berformat naskah drama)

 

MC                                 : “terobosan pemahaman ilmiah terhadap konsep warna pada awal bab ke-16 memulai penelitian yang intens di bidang optik. Ketika itu banyak ilmuwan yang percaya bahwa campuran cahaya dan kegelapanlah yang menciptakan warna, sebuah pendapat yang rupanya keliru. Kekeliruan itu dibuktikan dengan memantulkan cahaya pada sekeping lensa cekung…“

Bel regu F                    : Kriiiiing! Kriiiiing! Kring!

Lintang                         : “Cincin Newton!”

MC                                 : ”seratussss!”

Penonton                    : (bersorak-sorai)

Drs. Zulfikar                : ”Saudara ketua! Saudara ketua! Saudara ketua dewan juri! saya kira pertanyaan dan jawaban itu salah besar!”

Penonton                    : (terdiam)

Drs. Zulfikar                : ”Percobaan dengan lensa cekung tidak ada kaitannya dengan bantahan terhadap teori awal yang meyakini bahwa warna dihasilkan oleh cahaya dan kegelapan dan sebaliknya, pemahaman terhadap penciptaan warna bukanlah persoalan optik, kecuali dewan juri ingin membantah Descartes atau Aristoteles. Soal optik dan spektrum warna adalah dua macam hal yang berbeda. Situasi ini ambigu, disini kita menghadapi tiga kemungkinan, pertanyaan yang salah, jawaban yang keliru, atau keduanya tidak berdasar dalam arti tidak kontekstual!”

Ikal (dalam hati)        : Aduh…! Komentar ini sudah diluar daya jangkauku, asing, tinggi, dan jauh. Ini sudah semacam debat mempertahankan tesis S2 didepan tiga orang profesor. Tapi tidakkah sedikit banyak kata-kata sang Drs. itu berbentuk U, kritis namun berputar-putar?dan ia pintar sekali membimbangkan dewan juri dengan menyitir pendapat René Descrates, siapa yang berani membantah sinuhun ilmu zaman lawas itu? Mudah-mudahan Lintang punya argumentasi. Kalau tidak kami akan habis disini.

Sahara                          : (memalingkan wajah dan berpura-pura tidak sedang disitu)

Lintang                         : (tersenyum santai)

Ketua dewan juri     : ”Terimakasih atas bantahan yang hebat ini, apa yang harus saya katakan. Bidang saya adalah pendidikan moral Pancasila…,”

Drs. Zulfikar                : “Atau barangkali anak-anak SMP Muhammadiyah ini atau dewan juri bisa menguraikan pendekatan optik Descartes untuk menjelaskan fenomena warna?”

Ikal                                 : (menatap memohon pada Lintang)

Lintang                         : (membalas tatapan Ikal seakan mengatakan agar Ikal bersabar)

Ketua dewan juri     : ”Maafkan Bapak Guru Muda, atas nama dewan juri saya terpaksa mengatakan bahwa pengetahuan kami agaknya belum sampai ke sana.”

Ketua dewan juri     : ”Tapi mungkin anak Muhammadiyah yang cemerlang ini bisa membantu.”

Drs. Zulfikar                : “Saya harap argumentasi mereka bisa setepat jawaban mereka tadi!”

Ikal (dalam hati)        : Semakin keterlaluan! Ia pasti akan menelan pil APC pahit super manjur ala Belitong

Lintang (dengan nada marah)   :”Jika bantahan Bapak mengenai pertanyaan yang tidak kontekstual dengan jawaban, mungkin saja bantahan semacam itu bisa diterima. Dewan juri menanyakan sesuatu yang jawabannya sudah tertera di kertas yang dibacakan ibu pembaca soal. Saya yakin disana tertulis cincin Newton dan kami menjawab cincin Newton, berarti kami berhak atas angka seratus. Maka kalaupun itu memang tidak kontekstual, itu hanya berarti dewan juri menanyakan sesuatu yang benar dengan cara yang keliru ….”

Drs. Zulfikar                : “Dengan kata lain pertanyaan nomor itu gugur karena bisa saja peserta lain menduga arah jawaban yang keliru!“

Lintang                         : “Tidak ada yang keliru! Kecuali Bapak tidak memedulikan substansi dan ingin menggugurkan nilai kami karena persoalan remeh-temeh.”

Drs. Zulfikar                : “kalau begitu jelaskan pada saya substansinya! Karena bisa saja kalian mendapat nilai melalui kemampuan menebak-nebak jawaban secara untung-untungantanpa memahami persoalan sesungguhnya!”

Sahara                          : (‘menjelma’ menjadi macan tutul)

Ikal                                 : (tersenyum senang karena tahu Lintang pasti mampu membalas)

Lintang                         : “Substansinya adalah bahwa Newton terang-terangan berhasil membuktikan kesalahan teori-teori warna yang dikemukakan Descartes dan Aristoteles! Bahkan yang paling mutakhir ketika itu, Robert Hooke. Perlu dicatat bahwa Robert Hooke mengadopsi teori cahaya berdasarkan filosofi mekanis Descartes dan mereka semua, ketiga orang itu, menganggap warna memiliki spektrum yang terpisah. Melalui optik cekung yang kemudian melahirkan dalil cincin, Newton membuktikan bahwa warna memiliki spektrum yang kontinu dan spektrum warna sama sekali tidak dihasilkan oleh sifat-sifat kaca“

(dst, namun, karena waktunya tidak cukup, tidak saya tulis)

Bab ini berakhir dengan kemenangan sekaligus trofi kedua setelah karnaval milik Muhammadiyah.

 

Beberapa bulan kemudian, tepat empat bulan sebelum mereka lulus SMA, Ikal dan kawan-kawan dikagetkan karena Lintang tidak masuk. Setelah empat hari menunggu, datanglah seorang utusan yang mengantarkan surat Lintang. Isinya:

Ibunda guru,

Ayahku telah meninggal, besok aku akan ke sekolah,

Salamku, Lintang

 

Perpisahan Lintang dihadiri oleh warga Muhammadiyah. Saat itu, bahkan Flo yangtidak gentar menghadang badai demi menghadap Tuk Bayan Tula, dan belum lama mengenal Lintang,  menangis perlahan.

12 Tahun Kemudian

 

Kini Ikal bekerja sebagai tukang sortir surat dan tinggal bersama salah satu keponakannya, Eryn. Eryn sedang menghadapi tantangan dari dosennya dalam menulis proposal skripsi. Sebagai mahasiswa dengan nilai tertinggi di bidang kejiwaan, ia diminta membahas sesuatu yang lain dengan teman-temannya. Iapun menulis tentang kasus ketergantungan seseorang pada seseorang lain. Iapun mendapat kasus di sebuah rumah sakit jiwa di Bangka. Namun, ketika mereka hampir mau pulang, kedua pasien tersebut memanggil Ikal dan ternyata, pasien tersebut adalah Trapani. Karena rumah sakit jiwa itu ada di Bangka, dekat Belitong, Ikalpun pulang kampung. Ikal pun melewati Toko Sinar Harapan dan ternyata, disamping toko itu, ada sebuah toko yang bernama Toko Sinar Perkasa yang ternyata milik Sahara dan A Kiong, namun, saat ini, Akiong sudah tidak bernama A Kiong dan beragama Kong Hu Cu. A Kiong telah mengucapkan kalimat syahadat dihadapan Pak Harfan dengan tujuan melamar musuh terbesarnya ketika SD, Sahara. Kini A Kiong tinggallah sejarah, yang ada hanyalah Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman. Kuli yang bekerja di Toko Sinar Perkasa ini adalah pria Macho yang ternyata bernama Samson AKA Borek. Di akhir bab, Ikal bertemu dengan Lintang yang bekerja sebagai sopir truk.

 

Di akhir buku, ada tambahan bab yang ditulis oleh Syahdan. Bab ini bercerita tentang kunjungan Syahdan ke Belitong untuk menghadiri acara peluncuran buku Mahar sekaligus berkunjung ke rumahnya Ikal.

 

 

 

Artikel Kegiatan Ekonomi Bintaro Jaya


Kegiatan Ekonomi Di Bintaro Jaya

Tugas Mata Pelajaran Ekonomi

Dibuat oleh : M. Thariq Ziyad

Kelas : 7B SMP Labschool Kebayoran

 

U

ntuk membahas Kegiatan Ekonomi  di Bintaro Jaya, saya memperhatikan Peta daerah Bintaro dan mencari pola pemukiman disana. Ternyata, bila kita mau menuju ke suatu tempat, hanya ada satu atau dua rute menuju ke sana atau sebaliknya. Jalan utama pemukiman ini terdiri dari beberapa nama jalan, namun semuanya sambung-menyambung dalam satu lintasan, terutama dari sektor 3 ke sektor 9. Yaitu mulai dari Jalan RC Veteran sampai Jalan Jombang Raya. Jalan RC Veteran  adalah jalan yang menghubungkan antara Cileduk dan Ciputat serta merupakan jalur keluar dari Bintaro menuju kawasan Pondok Indah, Kebayoran Baru atau Tol Lingkar Luar Jakarta. Jalan Jombang Raya yang merupakan penghubung antara Jombang dan Cileduk merupakan jalur keluar dari kawasan Bintaro menuju BSD, Tangerang atau Jalan Tol Jakarta-Merak.

Lintasan Utama Bintaro terdiri dari Jalan Kesehatan Raya, Jalan Bintaro Utama 1, Jalan Bintaro Utama 3, Jalan Bintaro Utama 3A, Jalan Menteng Raya, Jalan MH Thamrin, Jalan Jend. Sudirman, dan Jalan Bintaro Utama 9. Jalan-jalan kelompok pemukinan di kawasan itu semua bermuara ke jalan utama ini. Memperhatikan pola pemukiman ini maka saya menyimpulkan bahwa pola pemukiman disana berbentuk linear.

 

 

Sebagai sebuah perumahan, sebagian besar penduduk disana berprofesi sebagai pegawai sibuk yang bekerja di tempat lain. Hal ini tercermin dari pola kegiatan dan sibuknya jalan utama kawasan ini pada saat jam sibuk pagi hari dimana sebagian besar kendaraan melintasi jalan utama ini menuju ke arah pusat kota Jakarta. Sebaliknya berlaku pada masa jam sibuk pulang kantor. Akibatnya, pola kegiatan penduduk dikawasan Bintaro Jaya ini pada hari kerja sangat terbatas waktunya yaitu di pagi hari dan dimalam hari.

 

Pola pemukiman dan pola kegiatan ini menimbulkan kegiatan ekonomi disepanjang jalan utama kawasan ini. Hal ini disebabkan penduduk di Bintaro cenderung mencari kebutuhan sehari-hari di toko yang gampang dicapai dan menjual perlengkapan sehari-hari. Sehingga muncullah pertokoan di sepanjang jalan utama Bintaro yang menjual perlengkapan sehari-hari dan/atau menyediakan jasa untuk keperluan sehari-hari. Contoh, restoran, tukang fotokopi, dan lain-lain.


Buku Harian

[Buku Harian]

Oleh: M Thariq Ziyad; Kelas: 7B

 


 

Buku harian, atau yang kadang-kadang sering juga disebut diary dan buku pribadi, adalah buku yang digunakan untuk menulis kejadian sehari-hari yang penting atau berkesan. Buku ini bersifat pribadi, rahasia, dan tertutup, sehingga orang lain tidak boleh melihat isi dari buku harian tersebut tanpa izin dari sang pemilik.

 

Bagian-bagian:

1.       Tanggal   : bagian ini digunakan untuk mencatat kapan peristiwa itu terjadi.

2.       Waktu    :bagian ini digunakan untuk mencatat kapan dan berapa lama suatu peristiwa terjadi.

3.       Peristiwa: bagian ini digunakan untuk mencatat sehari-hari yang penting atau berkesan. Peristiwa tersebut diceritakan dengan cara rinci dan berurutan.

 

Contoh buku harian:

 

tanggal

waktu

Kejadian

19 November 2008

16:00 sampai 16:30 WIB

Sore ini aku tegaaang sekali, karena hari ini adalah pertama kalinya aku pulang sendiri. Tadinya, aku agak-agak takut, karena tidak ada teman. Tapi, sebelum aku keluar pagar,aku bertemu dengan Ical dan ternyata ,dia pulang dengan bus yang sama denganku. Maka, kamipun pulang bersama-sama. Walaupun sudah dapat teman, aku masih khawatir. karena aku ini kalau sudah naik kendaraan, gampang tertidur! Alhamdulillah, tadi aku tidak tertidur dan berhasil sampai di rumah, walaupun tadi pas turun dari bus, aku kurang sabar, sehingga hampir saja jatuh. Wah, seru sekali pengalamanku tadi!!!!

 

Cerpen: Ruang Tunggu

 

Ruang Tunggu 

Cerpen Abdullah Khusairi Silakan Simak! 
Dimuat di 
Jawa Pos Silakan Kunjungi Situsnya! 10/19/2008

 

Selangkah lagi cita-citaku untuk melanjutkan kuliah S-2 tercapai. Beasiswa dari Laiden itu jawaban pasti dari gelora di dada selama ini. Semua seperti sudah di depan mata. Tak lagi aku perlu berangan-angan dari waktu ke waktu seperti Pungguk yang terus merindukan bulan. 

''Mak, aku dapat beasiswa kuliah S-2 dan mungkin juga S-3 di Belanda.'' Aku kirim pesan pendek ke handphone adikku, Rai, di Sawahlunto. Aku yakin akan disampaikannya kepada emak.

''Selamat. Semoga sukses selalu,'' begitu balasan pesan pendek itu datang. Ya, aku bahagia mendengar jawabannya. Walau sebenarnya aku ingin jawaban yang lebih; boleh atau tidak aku pergi kuliah di negeri kincir angin itu. Ah, biasanya Rai sedang tak di rumah. 

*** 

Jika saja ayah masih hidup, pastilah ia amat bangga mendengar berita kesuksesan ini. Dan, tentu akan mengizinkan dengan senang hati. Karena ayah sadar betul tentang pentingnya pendidikan untuk anak-anaknya. Ia pernah menyatakan, biarlah ayah dan ibu bekerja keras, yang penting kami anak-anaknya selalu belajar dengan rajin. Tapi, ayah tak ada lagi, telah pergi ke kampung orang mati. Hidup di sana bersama dengan yang lain. Sebuah perkampungan yang sepi. 

Dan, aku juga ingin jawaban; emak begitu mengizinkan dan akan selalu mendoakan untuk kesuksesanku. Tapi emak, mungkinkah ia mengizinkan?

*** 

Kepastian aku akan berangkat dua bulan lagi datang dari Pak Yulizal Yunus, dekan Fakultas Ilmu Budaya tempat aku mengajar. 

''Saudari Fiani, kau harapan dari fakultas ini untuk antropologi dan politik.'' Begitu komentar Pak Yuyu, demikian kami se-fakultas memanggilnya. Setelah memberikan ucapan selamat dan menandatangani seluruh rekomendasi, Pak Yuyu juga mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu untukku. Aku menolak, tetapi ia memaksa agar aku menerimanya. Apa boleh buat, aku harus menerimanya dengan malu-malu mengucapkan terima kasih. Lalu aku berlalu dari ruangannya. 

Sebenarnya, beasiswa dari perguruan tinggi dari negeri Belanda itu cukup banyak. Hanya saja, selain persaingan yang ketat, memang kemampuan berbahasa asing dan wawasan keilmuan haruslah melebihi di atas rata-rata. 

Aku memang termasuk perempuan yang berambisi untuk mendapatkan beasiswa. Selain rajin membuka situs internet khusus mencari informasi beasiswa, aku juga punya kenalan di beberapa institusi di Belanda. Seperti Bang Suryadi, yang rajin mengirim kabar lewat email kepadaku. Dia staf pengajar di mana aku nanti akan melanjutkan kuliah. Dia sudah belasan tahun tinggal di sana. 

''Pokoknya jangan kuatir untuk hidup di sini. Semuanya menarik untuk dipelajari dan dicermati.'' Begitu salah satu tulisan Bang Suryadi kepadaku. Ia juga mengucapkan selamat atas keberhasilanku menjadi mahasiswa di Universitas Leiden.

Rasa cawan di tepi bibir. Aku tak tahan lagi ingin segera berangkat. Tetapi masih terlalu lama. Satu bulan lagi. Dan, setidaknya aku harus pulang untuk pamit kepada keluarga dan kaum kerabat di kampung halaman. Sebuah kampung kecil di lintasan Sumatera, bernama Silungkang. Sebuah kampung yang pada masa pergerakan melawan Belanda menjadi pusat peperangan. Sebelum ada pergerakan kemerdekaan, pada dekade 1880, kampungku itu adalah pusat pemerintahan Belanda. Begitulah yang aku tahu tentang kampung halamanku. Dan, kakek dari kakekku menurut cerita, punya peran penting dalam pemerintahan Belanda. Walau akhirnya membelot dan menjadi pemasok karaben (jenis senjata api) pada waktu itu. Sayangnya, tak ada arsip tertulis tentang ini. Kata orang, arsip terlengkap di dunia itu ada di museum Belanda, aku berminat untuk mencarinya nanti. 

Waktu aku kecil pernah melihat benda itu dipegang oleh paman, setelah itu raib entah ke mana. Karena rumah tua kaum kami roboh dan didirikan rumah baru di atasnya. Rumah itu, adalah rumah pamanku. 

*** 

Aku berniat untuk pulang, minta izin berangkat ke negeri impian para sejarawan itu. Setidaknya, aku harus berada di rumah, dua atau tiga hari di rumah. Tetapi, susahnya, jadwal menjelang berangkat amat padat. Dua minggu lagi akan masuk jadwal ujian semester untuk mahasiswa yang aku ajarkan. Tentu aku harus menyiapkan materi ujian, lalu memeriksa hasil ujian dan memberi nilai kepada mereka. 

Sedangkan pada masa libur tenang aku harus ke Bukittinggi, jadi pembicara seminarSejarah Boekittinggi Masa Belanda yang digelar sebuah universitas swasta di sana. Sementara itu, persiapan paspor dan segala macam surat-menyurat, mulai dari rektor, departemen dan kedutaan belum semua selesai. Sungguh, kini aku dihadapkan setumpuk tugas penting. 

Soal tugas yang setumpuk itu, aku tidak pernah mengeluh. Sebab, aku justru kadang-kadang bingung kalau hanya melakukan pekerjaan rutin. Hanya saja, menyelip jadwal untuk pulang kampung memang selalu susah. Apalagi ia jarang menjadi prioritas. Aku memang malas pulang kalau tidak penting sekali. Bukan apa-apa, di kampungku, aku tak lagi punya teman sebaya. Kalau pulang, paling-paling bertemu ibu lalu bercerita panjang lebar. Itupun kalau dihitung hanya membutuhkan beberapa jam saja. Tak heran, bila aku pulang ke Silungkang, aku sering suntuk sendiri. Lebih-lebih Rafi sudah jarang di rumah. Ia sudah punya usaha yang makin maju. Pulang ke rumah kalau waktu makan tiba saja. Itupun kalau ibu memasak masakan kesukaannya. Oleh karenanya, bagiku, pulang hanyalah sesuatu yang tak penting pada hari-hari biasa. Kecuali kalau Lebaran atau libur panjang. 

*** 

Waktu terus bergerak. Hari keberangkatan itu rasanya amat dekat. Sebagian tugas dan surat-menyurat sudah beres. Kini, aku banyak menyiapkan wawasan tentang Kebelandaan. Selain membaca bahan-bahan yang sudah lama aku kumpulkan, aku juga mencari informasi terbaru yang sedang dibicarakan di Belanda. Mulai dari Ruud Gullit hingga Kluiver dan Ronaldo. Ya, bintang lapangan hijau itu menyita perhatianku. 

Kadang-kadang aku ini lucu, sepak bola Belanda juga jadi perhatian. Tapi, aku pikir ini tidak salah, toh kini begitu banyak perempuan gila bola ketika olehraga satu ini masuk ranah industri dan selebritas. Lihat saja, para bintang lapangan hijau itu juga banyak digandrungi perempuan. Tak salah memang, mereka juga layak jadi bintang di luar lapangan. Poster di kamarku pun seorang bintang Christian ''Bobo'' Vieri. 

Agaknya, aku benar-benar telah jatuh hati dengan negeri itu. Apakah itu ada sangkut-paut dengan kampung halamanku yang pernah menjadi tempat hidup orang-orang Belanda yang bertugas di sana? Atau apa ada hubungan dengan batu bara di Sawahlunto, yang ditemui oleh orang Belanda paro abad ke-19 itu? Ah, aku makin jauh saja berkhayal sejak menerima kepastian lulus tes beasiswa itu. Semua hal tentang Belanda dalam kepalaku rasanya belum cukup mampu untuk menyambut kehadiranku di sana nanti. 

Aku tak mau terjadi hal-hal yang memalukan. Aku benar-benar takut itu terjadi. Aku pernah membaca bagaimana pengalaman pertama orang-orang Indonesia ketika belajar di negeri seribu museum itu. Mulai dari tata transportasi sampai berbelanja. Mulai dari pengetahuan soal musim sampai persiapan yang harus dipenuhi untuk menghadapinya. Semua aku pelajari dengan seksama. Tak ada kata-kata untuk menyerah untuk itu. Itulah cara dan tekadku sejak kecil. 

''Kenapa orang Belanda itu maju dan cerdas? Karena tekun belajar. Kenapa mereka sampai menemukan batu bara di Sawahlunto? Karena mereka orang-orang pintar,'' begitu nasehat ayah yang masih terngiang. 

Begitulah cara ayah mengajar aku dulu. Ayah amat keras kalau soal pendidikan. Ia orang yang sadar akan kemajuan karena pendidikan. Diam-diam aku bersyukur punya ayah yang keras mengajar aku dulu. Walau dulu terasa pahit, ternyata sekarang manis rasanya. Coba saja kalau ayah tidak begitu, mungkin aku tak bisa menjadi staf pengajar seperti sekarang. Pastilah aku hanya menjadi ibu rumah tangga yang tua sebelum waktunya. 

Ayah terus mendorong semangat belajarku. Sehingga aku selalu juara di kelas. Mendapat hadiah di akhir menerima raport. Sayang, ayah terlalu cepat pergi karena sakit yang dideritanya. Kalau saja ayah masih ada, aku sudah jadi staf pengajar, tentu aku mampu membawanya ke rumah sakit yang lebih canggih. Inilah sesal yang kadang-kadang melintas di benakku. Sesal yang tak berguna lagi. Basi. 

*** 

Benar. Aku tak dapat pulang ke Silungkang. Selain hanya terpatri pada niat, aku memang tak sedikit pun membuat usaha agar bisa meluangkan waktu untuk bisa pulang hanya sebentar saja. Kini aku telah di ruang tunggu, menunggu keberangkatan. Transit di Changi Internasional Airport Singapura dan langsung ke Belanda. Aku senang membaca berulang-ulang sebuah nama Fiani Nuraini, Ms, tertera di tiket pesawat. Nama yang indah pemberian ayah. 

''Kata emak, kakak anak perempuan. Umur kakak sudah berkepala tiga. Emak ingin kakak menikah dulu.'' 

Aku lemas seketika setelah membaca pesan pendek dari Rai. Bersamaan dengan itu, panggilan dari operator penerbangan agar penumpang menaiki pesawat telah terdengar. 

Aku, ruang tunggu, langit biru, dan orang-orang yang berlalu, seperti memaksaku untuk tetap termangu. Diam di antara dua pilihan pahit. Ke mana harus berguru ketika terhenti di simpang ragu? Deru mesin pesawat terasa menghantam dadaku. Tenggorokanku kering, pandanganku nanar. ***


Minangkabau Internasitonl Airport, Juni 2007 

*) Kado buat Andinda Dyan Nurdin Sumenep di Surabaya

 

 

Cerpen

Cerpen singkatan dari cerita pendek. Cerpen berisi kisah kehidupan manusia secara singkat. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), cerpen adalah kisahan pendek kurang dari 10.000 kata. Walaupun pendek, cerpen memuat unsur-unsur yang membentuknya. Unsur-unsur yang dimaksud adalah penokohan, alur, latar, tema, dan amanat. Membaca cerpen memiliki banyak manfaat, misalnya mengetahui watak manusia yang dapat dilihat dari unsur penokohannya. Membaca cerpen dapat dilakukan secara serius atau santai. Pembaca serius akan memperhatikan 171 unsur-unsur yang membentuk cerpen, sedangkan pembaca santai membaca cerpen hanya sekadar mencari hiburan atau mengisi waktu luang. Pembacaan cerpen dapat dinikmati sebagai hiburan. Pembacaan atau cara membaca cerpen ini tentu tidak bisa mengabaikan hal-hal seperti lafal, intonasi, dan ekspresi dari pembaca cerpen. Hal-hal tersebut akan menjadi penentu menarik tidaknya suatu pembacaan cerpen. Tokoh dan penokohan dalam cerpen menentukan bagaimana cara cerpen dibacakan. Watak dan suasana hati tokoh harus tergambar saat pembacaan. Selain itu, unsur latar cerpen pun harus tergambar. Suasana udara yang panas akan berbeda dengan udara yang dingin pada saat cerpen dibacakan. Agar pembacaan cerpen berlangsung menarik, pahamilah isi dari cerpen tersebut.