Wednesday 3 December 2008

Sinopsis 'Laskar Pelangi'

Sinopsis Laskar Pelangi

Dibuat oleh : M. Thariq Ziyad

Kelas : 7B SMP Labschool Kebayoran

Tugas Sejarah

 

L

askar pelangi adalah novel yang menceritakan perjuangan dua orang guru yang terjadi di Belitong. Nama guru itu adalah Bu Mus dan Pak Harfan. Dihari pertama Andrea Hirata alias sang penulis novel yang dalam buku dipanggil sebagai Ikal, masuk sekolah SD, Bu Mus mendapatkan berita mengejutkan. Pak Harfan mengatakan, beberapa hari yang lalu, Pak Harfan mendapatkan surat peringatan dari pengawas sekolah DepdikBud Sumsel bahwa apa bila sekolah itu tidak berhasil mendapatkan 10 murid baru, maka sekolah tertua sekaligus termiskin se-belitong yang bernama muhammadiyah itu, akan dibubarkan. Setelah menunggu lama, murid yang datang baru berjumlah 9 orang termasuk Ikal. Sewaktu Pak Harfan akan membacakan pidato penutupan sekolah yang memang sudah disiapkan beberapa hari yang lalu, salah seorang calon murid temannya Ikal yang bernama Trapani tiba-tiba berteriak sambil menunjuk ke pinggir lapangan rumput luas halaman sekolah itu. “Harun!” teriak Trapani. Dipinggir lapangan itu, terlihatlah Harun yang memiliki keterbelakangan mental berlari dikejar ibunya ke arah sekolah. Sesampainya mereka dihadapan Pak Harfan, ibunya Harun memohon agar Harun diterima disekolah itu karena SLB terdekat berada di bangka dan “lebih baik kutitipkan dia di sekolah ini daripada dirumah ia hanya mengejar-ngejar anak-anak ayamku” alasan ibunya. Saat masuk SD, umur Harun sudah 15 tahun. Karena Harun, selamatlah Muhammadiyah dari pembubaran. Salah satu dari kesepuluh murid baru Bu Mus itu bernama Lintang. Kesan pertama Ikal terhadap Lintang adalah bau Lintang yang mirip bau hangus. Pelajaran pertama Ikal di sekolah barunya adalah pelajaran Pak Harfan. Dalam pelajarannya, Pak Harfan menceritakan kisah Nabi Nuh dengan cara yang sangat memesona Ikal. Pelajaran berikutnya adalah pelajaran Bu Mus. Acaranya adalah perkenalan. Murid yang pertama di panggil adalah A Kiong. Ketika maju kedepan, A Kiong hanya tersenyum-senyum sampai jam pelajaran selesai. Begitulah hari pertama Ikal dan kawan-kawan memulai 9 tahun penuh tawa, amarah, dan lain-lain ini. Dibuku juga diceritakan asal mula nama laskar pelangi. Nama itu berasal ketika pada musim hujan, mereka ber-10 memanjat pohon  filicium tua dibelakang sekolah mereka untuk melihat pelangi terbit. Masing-masing dari mereka memiliki dahan sendiri, namun yang diceritakan dibuku hanyalah dahan Sahara yang juga adalah dahan terendah, bukan karena Sahara tidak bisa memanjat, melainkan karena pakaian Sahara tidak memungkinkannya berada diatas mereka. Juga dahan Kucai yang berada di tempat teratas. O, ya, saya lupa memperkenalkan tokoh-tokoh anggota laskar pelangi, berikut adalah kesepuluh anggota laskar pelangi:

1.       Ikal hanyalah nama panggilan untuk anak bernama asli Andrea Hirata ini. Seperti nama panggilannya, Ikal memiliki rambut ikal. Selalu mendapat rangking dua.

2.       Lintang adalah ‘otak kanan’ kelas ini. Ia jenius dalam nyaris segala pelajaran, kecuali pelajaran menulis rangkai / indah. Keluarga Lintang yang terdiri dari 14 orang ini hanya dinafkahi oleh ayahnya

3.       Mahar adalah kebalikannya Lintang. Sementara Lintang adalah ‘Otak kanan’, Mahar adalah ‘Otak kiri’ kelas tersebut. Sayangnya, Mahar memiliki ‘keanehan’, yaitu menyukai hal-hal mistis. Walaupun mendapat julukan ‘otak kiri’, pada hari-hari pertamanya di Muhammadiyah, tidak ada yang tahu tentang daya imajinasi Mahar yang meledak-ledak. Pada suatu hari, seperti biasa, sambil menunggu sholat zuhur, diadakanlah pelajaran seni musik. Menurut Ikal, pelajaran ini diadakan hanya untuk dua hal, sebagai acara untuk menunggu sholat zuhur (waktu kepulangan Ikal), dan sebagai acara penghibur Bu Mus. Setelah tinggal 5 menit sebelum azan zuhur, Bu Mus memilih Mahar secara acak. Namun,tidak seperti Ikal dan kawan-kawan, Mahar tidak bernyanyi sambil cuek, sejak saat itu, Maharpun menjadi ‘otak kiri’ kelas itu.

4.       Kucai adalah ketua kelas abadi di kelas, sebab kepandaiannya berpolitisi. Namun, ia menderita rabun jauh, sebab, ia dulu menderita gizi buruk.

5.       Harun adalah anak yang memiliki keterbelakangan mental. Sampai kelas 3 smp, ia belum bisa membaca / menulis. Harun juga terobsesi angka 3 dan kucing. Ada juga kebiasaan lucu Harun. Yaitu setiap jam pelajaran pada mata pelajaran apapun, sejak mereka kelas 1 SD sampai mereka kelas 3 smp, Harun akan bertanya “ibunda guru, kapan kita libur lebaran?”. Bu Muspun akan menjawab “sebentar lagi anakku,”. Lalu Harun akan bertepuk tangan.

6.       Sahara adalah satu-satunya murid wanita dalam laskar pelangi. Ia terkenal dengan kekeras kepalaan, kegalakkan, dan kejujurannya. Tidak ada yang berani mencari gara-gara dengannya, sebab, apabila ia sudah marah, maka ia tak segan-segan mencakar, terutama pada A Kiong, sebab dapat dikatakan A Kiong dan Sahara adalah musuh bebuyutan. Namun, hal itu tak pernah terjadi apabila Sahara berhadapan dengan Harun. Sahara adalah satu-satunya pendengar setia cerita Harun tentang kucing Harun yang berbelang 3 melahirkan 3 anak kucing yang kesemuanya berbelang 3 pada tanggal 3 kemarin. Walaupun Harun sudah bercerita tentang itu selama 9 tahun, sejak mereka kelas 1 SD sampai kelas 3 smp.

7.       A Kiong adalah anak dari seorang Kong Hu Cu sejati. Tak ada yang tahu apakah yang dipikirkan oleh ayahnya ketika ia mendaftarkan anaknya di sekolah Muhammadiyah yang dari namanya saja sudah terlihat bahwa itu adalah sekolah Islam. Seperti yang dikatakan di atas, A Kiong adalah musuh bebuyutan Sahara.

8.       Borek (dibaca Bore’, ‘e’-nya dibaca seperti ‘e’ pada kata elang, bukan seperti pada kata ember, dan ‘k’-nya tidak dibaca penuh) adalah bocah yang biasa-biasa saja sampai pada suatu hari ia menemukan kaleng bekas obat penumbuh bulu yang bergambar pria yang hanya bercelana dalam dengan otot besar. Sejak saat itu, ia terobsesi dengan citra pria macho. Suatu saat, Borek yang kini dijuluki Samson oleh kawan-kawannya, menceritakan rahasia pembentukan otot dadanya pada Ikal. Rahasia tersebut adalah 1 bola tenis yang dibelah persis ditengah. Selain memberitahukan, Borek juga mempraktekkan teknik tersebut pada Ikal. Ternyata, bola tersebut dimaksudkan sebagai alat bekam. Saking kuatnya tekanan Borek di dada Ikal, Ikalpun meronta-ronta sampai akhirnya Ikal berhasil menendang Borek di selangkangannya. Setelah berhasil membebaskan diri, Ikalpun kabur.

9.       Trapani adalah seorang pemuda tampan, santun, ramah, dan lain-lain. Perilakunya itu menyebabkannya sering ditaksir cewek. Namun sayangnya, Trapani sangat dimanja oleh ibunya, begitu pula sebaliknya.

10.   Syahdan menempati tempat paling bawah dalam ‘sistim hukum’ kelasnya Ikal. Hal ini disebabkan oleh karena bentuk badannya yang agak kerdil dan kulitnya yang berwarna hitam.

 

Sekarang, saya akan menceritakan tokoh Mahar. Setelah bertahun-tahun ikut karnaval kemerdekaan tanpa persiapan, tahun ini, Pak Harfan dan Bu Mus memutuskan untuk sekali lagi ikut karnaval kemerdekaan. Tanpa pikir panjang, seisi Muhammadiyahpun setuju untuk menjadikan Mahar sebagai pencari ide. Walaupun begitu, setelah seminggu, Mahar belum juga dapat ide. Pada suatu pagi, Mahar mengejutkan seisi sekolah dengan menceritakan idenya, yaitu: tarian suku Masai!! Seisi sekolahpun bekerja keras berlatih koreografi yang diajarkan Mahar. Ketika hari h, merekapun memakai kostum masing-masing. Untuk kelasnya Ikal, aksesori yang mereka pakai adalah topi seberat hampir satu setengah KG dan dipakai dengan cara dililit tiga kali dan kalung buah aren. Sedangkan Mahar dan Sahara tidak ikut menjadi penari. Namun, ketika menunggu giliran untuk tampil, Ikal dan kawan-kawan merasakan gatal yang amat sangat. Setelah di telusuri, ternyata rasa gatal itu datang dari getah yang ada di kalung buah aren. Namun, untuk melepaskan kalung itu, mereka harus terlebih dulu melepaskan topi raksasa itu. Dan hal itu tidak mungkin lagi dilakukan, sebab Mahar sebagai penabuh rebana sudah memberi kode agar Ikal dan kawan-kawan tampil ke atas panggung. Di atas panggung, Ikal dan kawan-kawan berusaha untuk tidak menggaruk, karena mereka takut akan merusak koreografi yang sudah mereka latih berminggu-minggu. Namun, mereka justru menepuk-nepuk sekujur tubuh mereka hingga tampak seperti kesurupan. Melihat itu, Mahar bukannya kaget, malah dia tampak gembira. Rupanya, Mahar telah merencanakan semua itu. Ketika Ikal dan kawan-kawan turun dari panggung, mereka langsung mencari kolam air terdekat. Namun sayang, kolam air terdekat adalah kolam tempat pembuangan akhir ikan-ikan busuk yang tak laku dijual. Tentu bisa dibayangkan betapa baunya kolam tersebut. Namun, apa daya, itulah kolam terdekat dari panggung karnaval tersebut. Karena itu, sementara Mahar sebagai perencana tarian mendapat pujian dari juri karnaval, Ikal dan kawan-kawan tengah terbenam dalam kolam busuk tersebut. Di acara Kick Andy, bertahun-tahun kemudian, ketika Andy F. Noya mengundang Andrea (Ikal) dan Bu Mus, Bu Mus membawa oleh-oleh: kalung buah Aren!!

O, ya, saya lupa bercerita tentang A Ling, cinta pertama Ikal. Saya akan mulai bercerita tentang tugas membeli kapur. Tugas ini adalah tugas ‘horor’ bagi Ikal dan kawan-kawan. Sebab, mereka harus bergiliran mengayuh sepeda onthel melalui jarak yang sangat jauh. Sesampainya di toko satu-satunya pemasok kapur di Belitong timur ini, jika perut tak kuat, maka bersiaplah muntah… Prosedur membeli kapurpun selalu sama. Ikal menghadap A Miauw, pemilik toko bernama ‘Toko Sinar Harapan’ ini, lalu pergi ke bagian belakang toko dan A Miauw memerintahkan seseorang dibalik bilik itu untuk memberikan sekotak kapur. Satu-satunya penghiburan dari tugas ini adalah paras kuku sang pemberi kapur yang kebetulan adalah perempuan. Suatu hari, ketika Ikal ditemani Syahdan membeli kapur, sang nona pemberi kapur itu terlalu cepat melepas kotak kapur sebelum Ikal sempat mengambil kotak kapur tersebut. Tercecerlah kapur- kapur itu. Ketika Ikal sudah berhasil mengumpulkan sebagian kapur yang tercecer diluar bilik, dan sedang berada tepat didepan tirai pemisah bilik, sang nona pemberi kapur keluar dan berhadapan dengan Ikal. Sejak saat itu, Ikal memulai ‘hubungan asmara ’ dengan sang nona pemberi kapur yang ternyata bernama A Ling dan adalah sepupu dari A Kiong. Sayang sekali, hubungan ini harus berakhir karena kepergian A Ling ke Jakarta.

Tak lama setelah karnaval di atas, ada seorang anak pejabat PN Timah yang menghilang. Nama anak tersebut adalah Flo. Anak tersebut sebetulnya adalah anak perempuan, namun, sejak kecil, anak tersebut berperilaku seperti laki-laki. Setelah menghilang selama hampir dua hari, orang tuanya sepakat untuk meminta pertolongan pada Tuk Bayan Tula. Tuk Bayan Tula sendiri adalah dukun keramat yang betempat tinggal di pulau Lanun, dekat Belitong. Maka, dipilihlah rombongan umtuk menghadap Tuk Bayan Tula. Anggota utusan tersebut juga bukan orang yang main-main. Mereka adalah orang yang terbiasa menghadapi mistik, sehingga tidak gampang digertak oleh Tuk Bayan Tula. Mereka adalah pawang hujan, dukun angin, kepala suku Sawang, dan polisi senior. Mereka melakukan perjalanan selama hampir 6 jam. Sepulangnya rombongan itu, mereka tidak langsung menceritakan petuah Tuk Bayan Tula. Ternyata, Tuk berpesan agar petuahnya yang ditulis di sehelai kertas dibaca di Belitong. Warga pun membaca pesan Tuk. Isi kertas itu adalah:

 

INILAH PESAN TUK BAYAN TULA:

JIKA INGIN MENEMUKAN ANAK PEREMPUAN ITU

MAKA CARILAH DIA DI DEKAT GUBUK LADANG YANG

DITINGGALKAN. TEMUKAN SEGERA ATAU DIA AKAN

TENGGELAM DI BAWAH AKAR BAKAU

 

Segeralah dibuat beberapa tim pencari. Salah satu dari tim itu adalah Ikal dan kawan-kawan. Namun, setelah belasan rumah, Ikal dan kawan-kawan belum juga berhasil menemukan Flo. Dan melalui walkie-talkie, Ikal dan kawan-kawan tahu bahwa Flo masih tetap misteri. Ketika Ikal dan kawan-kawan sudah hampir menyerah. Syahdan iseng-iseng melihat melalui teropong miliknya. Tenyata yang ia lihat adalah sebuah gubuk ladang yang agak tersembunyi. Megetahui hal itu, Mahar yang adalah fans berat Tuk Bayan Tula dan tidak mau menerima komentar teman-temannya kecewa dengan petuah Tuk, berkeras ingin pergi ke gubuk yang agak angker itu. Akhirnya teman-temannya menyerah dan menuruti keinginan Mahar. Tak disangka, di pondok itu mereka menemukan Flo!.

Sebulan setelah kejadian itu, Mahar sedang diceramahi karena hobinya pada hal-hal berbau mistik, sehingga melalaikan tugas-tugas sekolahnya. Mahar sedang berargumen pada Bu Mus dengan kalimat “Aku mencari hikmah dari dunia gelap Ibundadan penasaran karena keingintahuan. Tuhan akan memberiku pendamping dengan cara misterius”. Tidak lama setelah Mahar mengucapkan kalimat itu, tiba-tiba Flo, Ibu Frischa yang adalah kepala sekolah SD PN Timah, dan ayahnya Flo, datang ke Muhammadiyah. Ternyata, Flo memaksa orangtuanya agar ia dipindah ke SD Muhammadiyah. Saat ia diperintah untuk duduk disamping Sahara, ia malah menolak dan meminta untuk duduk disamping Mahar alias menempati tempatnya Trapani. Akhirnya Trapani mengalah dan pindah ke sebelah Sahara yang selama 9 tahun ini adalah perempuan satu-satunya sehingga duduk sendiri. Ternyata, Flo pindah karena ia tertarik pada Mahar.

        Setelah kepindahan Flo, nilai mereka makin lama makin menurun. Ternyata, mereka tidak saja menyukai hal-hal berbau mistik, tapi juga mendirikan perkumpulan yang dinamakan ‘Societeit de Limpai’. Limpai sendiri adalah binatang legendaris jadi-jadian. Namun, beberapa cerita rakyat memberi definisi yang berbeda-beda pada limpai. Masyarakat pesisir Belitong menganggapnya sebagai peri yang hidup di gunung-gunung. Masyarakat Belitong bagian tengah ia adalah binatang besar berwarna putih yang mirip gajah atau mammoth. Dan sebagainya. Kelompok ini mengadakan kegiatan secara tersembunyi, karena masyarakat Belitong saat itu tidak menyukai hal-hal berbau mistik. Karena nilai-nilai Mahar dan Flo rendah, Societeit de Limpai memutuskan untuk pergi ke Tuk Bayan Tula. Dalam perjalanan, kapal mereka diserang badai. Namun, salah seorang anggota Societeit de Limpai mengumandangkan azan berkali-kali. Tak lama sesudah itu, badaipun berlalu. Merekapun tiba dengan selamat di pulau Lanun. Sesampainya disana, mereka ‘disambut’ oleh Tuk. Setelah lama berdiam diri, Flo mengambil inisiatif untuk membawa Mahar ke dekat Tuk Bayan Tula. Maharpun berbisik pada Tuk untuk menyampaikan kisah perjalanan dan maksud kedatangan mereka seraya menyerahkan selembar kertas dan sebuah pulpen. Tanpa suara dan dengan kecepatan yang tak masuk akal beliau kembali kedalam gua tempat tinggalnya. Di dalam tempat tinggalnya, Tuk seperti sedang bertarung melawan makhluk gaib demi menemukan pemecahan permasalahan Mahar dan Flo. Ketika Tuk keluar, kertas yang diberi olah Mahar sudah dalam keadaan tergulung. Tukpun memberi isyarat agar pesan itu dibuka di Belitong. Ketika Mahar akan membuka pesan tersebut di SD Muhammadiyah, orang yang menyaksikan pembacaan tersebut ternyata hampir sekampung! Karena untuk menjumpai Tuk, mereka harus melewati banyak bahaya. Namun, ternyata, isi pesan tersebut adalah:

 

INILAH PESAN TUK BAYAN TULA UNTUK

KALIAN BERDUA,

KALAU INGIN LULUS UJIAN:

BUKU BUKU, BELAJAR!!

 

Sehari setelah pertemuan mereka dengan Tuk Bayan Tula, Mahar dan Flo menemui Bu Mus dan meminta maaf pada Bu Mus. Kesokan harinya, Mahar membubarkan Societeit de Limpai. Sedangkan Tuk sendiri tak ada yang tahu apa nasibnya. Dan kesokan harinya lagi, Flo membuat semuanya terkejut dengan memakai jilbab ke sekolah

 

                Sementara itu, di Belitong, akan di adakan acara cerdas cermat. Bu Muspun pontang-panting mempersiapkan muridnya untuk mengikuti lomba tersebut. Baik akal maupun mental. Pada awalnya, tim yang terpilih adalah Lintang, Trapani, dan, Ikal. Mereka kuat dalam matematika, hitungan-hitungan IPA, biologi, bahasa inggris(Lintang), kewarganedaraan, tarikh Islam, fikih, budi pekerti, dan sedikit bahasa Indonesia(Ikal). Namun, mereka lemah dalam geogafi. Sedangkan peraih nilai tertinggi dari geografi adalah Sahara. Maka tim mereka sekarang terdiri dari Lintang, Sahara, dan, Ikal. Namun, latihan selama berbulan-bulan itu sia-sia saja. Mental mereka turun ketika menghadapi tim SD PN Timah yang dilatih secara khusus oleh Drs. Zulfikar, guru teladan SD tersebut. Ketika hari perlombaan tiba, mereka semua merasa putus asa. Namun, ketika sang MC belum selesai membacakan soal pertama, bel dari regu F, regu Muhammadiyah, meraung. Lintang yang menekan tombol bel, menjawab dengan tepat. Selama beberapa soal berikut, hal yang terjadi adalah monoton. MC membaca soal yang diselak oleh raungan bel regu F, pekikan jawaban dari Lintang, dan pekikan “seratuuussssss” dari sang MC. Hingga terjadilah insiden itu, (untuk mempermudah, saya akan membentuk percakapan berformat naskah drama)

 

MC                                 : “terobosan pemahaman ilmiah terhadap konsep warna pada awal bab ke-16 memulai penelitian yang intens di bidang optik. Ketika itu banyak ilmuwan yang percaya bahwa campuran cahaya dan kegelapanlah yang menciptakan warna, sebuah pendapat yang rupanya keliru. Kekeliruan itu dibuktikan dengan memantulkan cahaya pada sekeping lensa cekung…“

Bel regu F                    : Kriiiiing! Kriiiiing! Kring!

Lintang                         : “Cincin Newton!”

MC                                 : ”seratussss!”

Penonton                    : (bersorak-sorai)

Drs. Zulfikar                : ”Saudara ketua! Saudara ketua! Saudara ketua dewan juri! saya kira pertanyaan dan jawaban itu salah besar!”

Penonton                    : (terdiam)

Drs. Zulfikar                : ”Percobaan dengan lensa cekung tidak ada kaitannya dengan bantahan terhadap teori awal yang meyakini bahwa warna dihasilkan oleh cahaya dan kegelapan dan sebaliknya, pemahaman terhadap penciptaan warna bukanlah persoalan optik, kecuali dewan juri ingin membantah Descartes atau Aristoteles. Soal optik dan spektrum warna adalah dua macam hal yang berbeda. Situasi ini ambigu, disini kita menghadapi tiga kemungkinan, pertanyaan yang salah, jawaban yang keliru, atau keduanya tidak berdasar dalam arti tidak kontekstual!”

Ikal (dalam hati)        : Aduh…! Komentar ini sudah diluar daya jangkauku, asing, tinggi, dan jauh. Ini sudah semacam debat mempertahankan tesis S2 didepan tiga orang profesor. Tapi tidakkah sedikit banyak kata-kata sang Drs. itu berbentuk U, kritis namun berputar-putar?dan ia pintar sekali membimbangkan dewan juri dengan menyitir pendapat René Descrates, siapa yang berani membantah sinuhun ilmu zaman lawas itu? Mudah-mudahan Lintang punya argumentasi. Kalau tidak kami akan habis disini.

Sahara                          : (memalingkan wajah dan berpura-pura tidak sedang disitu)

Lintang                         : (tersenyum santai)

Ketua dewan juri     : ”Terimakasih atas bantahan yang hebat ini, apa yang harus saya katakan. Bidang saya adalah pendidikan moral Pancasila…,”

Drs. Zulfikar                : “Atau barangkali anak-anak SMP Muhammadiyah ini atau dewan juri bisa menguraikan pendekatan optik Descartes untuk menjelaskan fenomena warna?”

Ikal                                 : (menatap memohon pada Lintang)

Lintang                         : (membalas tatapan Ikal seakan mengatakan agar Ikal bersabar)

Ketua dewan juri     : ”Maafkan Bapak Guru Muda, atas nama dewan juri saya terpaksa mengatakan bahwa pengetahuan kami agaknya belum sampai ke sana.”

Ketua dewan juri     : ”Tapi mungkin anak Muhammadiyah yang cemerlang ini bisa membantu.”

Drs. Zulfikar                : “Saya harap argumentasi mereka bisa setepat jawaban mereka tadi!”

Ikal (dalam hati)        : Semakin keterlaluan! Ia pasti akan menelan pil APC pahit super manjur ala Belitong

Lintang (dengan nada marah)   :”Jika bantahan Bapak mengenai pertanyaan yang tidak kontekstual dengan jawaban, mungkin saja bantahan semacam itu bisa diterima. Dewan juri menanyakan sesuatu yang jawabannya sudah tertera di kertas yang dibacakan ibu pembaca soal. Saya yakin disana tertulis cincin Newton dan kami menjawab cincin Newton, berarti kami berhak atas angka seratus. Maka kalaupun itu memang tidak kontekstual, itu hanya berarti dewan juri menanyakan sesuatu yang benar dengan cara yang keliru ….”

Drs. Zulfikar                : “Dengan kata lain pertanyaan nomor itu gugur karena bisa saja peserta lain menduga arah jawaban yang keliru!“

Lintang                         : “Tidak ada yang keliru! Kecuali Bapak tidak memedulikan substansi dan ingin menggugurkan nilai kami karena persoalan remeh-temeh.”

Drs. Zulfikar                : “kalau begitu jelaskan pada saya substansinya! Karena bisa saja kalian mendapat nilai melalui kemampuan menebak-nebak jawaban secara untung-untungantanpa memahami persoalan sesungguhnya!”

Sahara                          : (‘menjelma’ menjadi macan tutul)

Ikal                                 : (tersenyum senang karena tahu Lintang pasti mampu membalas)

Lintang                         : “Substansinya adalah bahwa Newton terang-terangan berhasil membuktikan kesalahan teori-teori warna yang dikemukakan Descartes dan Aristoteles! Bahkan yang paling mutakhir ketika itu, Robert Hooke. Perlu dicatat bahwa Robert Hooke mengadopsi teori cahaya berdasarkan filosofi mekanis Descartes dan mereka semua, ketiga orang itu, menganggap warna memiliki spektrum yang terpisah. Melalui optik cekung yang kemudian melahirkan dalil cincin, Newton membuktikan bahwa warna memiliki spektrum yang kontinu dan spektrum warna sama sekali tidak dihasilkan oleh sifat-sifat kaca“

(dst, namun, karena waktunya tidak cukup, tidak saya tulis)

Bab ini berakhir dengan kemenangan sekaligus trofi kedua setelah karnaval milik Muhammadiyah.

 

Beberapa bulan kemudian, tepat empat bulan sebelum mereka lulus SMA, Ikal dan kawan-kawan dikagetkan karena Lintang tidak masuk. Setelah empat hari menunggu, datanglah seorang utusan yang mengantarkan surat Lintang. Isinya:

Ibunda guru,

Ayahku telah meninggal, besok aku akan ke sekolah,

Salamku, Lintang

 

Perpisahan Lintang dihadiri oleh warga Muhammadiyah. Saat itu, bahkan Flo yangtidak gentar menghadang badai demi menghadap Tuk Bayan Tula, dan belum lama mengenal Lintang,  menangis perlahan.

12 Tahun Kemudian

 

Kini Ikal bekerja sebagai tukang sortir surat dan tinggal bersama salah satu keponakannya, Eryn. Eryn sedang menghadapi tantangan dari dosennya dalam menulis proposal skripsi. Sebagai mahasiswa dengan nilai tertinggi di bidang kejiwaan, ia diminta membahas sesuatu yang lain dengan teman-temannya. Iapun menulis tentang kasus ketergantungan seseorang pada seseorang lain. Iapun mendapat kasus di sebuah rumah sakit jiwa di Bangka. Namun, ketika mereka hampir mau pulang, kedua pasien tersebut memanggil Ikal dan ternyata, pasien tersebut adalah Trapani. Karena rumah sakit jiwa itu ada di Bangka, dekat Belitong, Ikalpun pulang kampung. Ikal pun melewati Toko Sinar Harapan dan ternyata, disamping toko itu, ada sebuah toko yang bernama Toko Sinar Perkasa yang ternyata milik Sahara dan A Kiong, namun, saat ini, Akiong sudah tidak bernama A Kiong dan beragama Kong Hu Cu. A Kiong telah mengucapkan kalimat syahadat dihadapan Pak Harfan dengan tujuan melamar musuh terbesarnya ketika SD, Sahara. Kini A Kiong tinggallah sejarah, yang ada hanyalah Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman. Kuli yang bekerja di Toko Sinar Perkasa ini adalah pria Macho yang ternyata bernama Samson AKA Borek. Di akhir bab, Ikal bertemu dengan Lintang yang bekerja sebagai sopir truk.

 

Di akhir buku, ada tambahan bab yang ditulis oleh Syahdan. Bab ini bercerita tentang kunjungan Syahdan ke Belitong untuk menghadiri acara peluncuran buku Mahar sekaligus berkunjung ke rumahnya Ikal.

 

 

 

1 comment:

Bayou said...

INILAH PESAN TUK BAYAN TULA UNTUK

KALIAN BERDUA,

KALAU INGIN LULUS UJIAN:

BUKU BUKU, BELAJAR!!

Maksudnya Buka buku ya?