Tuesday 21 January 2014

Copast

Sebagai siswa Indonesia, saya yakin kita semua pernah melakukan yang namanya copas - singkatan dari copy paste. Ini biasanya dilakukan oleh murid yang ingin PRnya cepat selesai. Jujur, saya sendiri pernah beberapa kali melakukannya. Dan bahkan sering terdapat guru yang sepertinya sengaja membiarkan muridnya melakukan copas. Jadi sebenarnya, copas itu salah nggak sih?

Well, di satu sisi, copas memang buruk untuk dilakukan. Dengan copas siswa jadi malas untuk berfikir atau mengerjakan PR yang harusnya dikerjakan sendiri. Tapi di sisi lain, kadang-kadang jika tidak copas maka tugas akan terlalu lama selesai hingga menumpuk. Selain itu, format tugas yang diberikan guru juga sering kurang kreatif. Hal ini menggoda murid untuk langsung mengerjakan dengan copas. Lalu kalau begitu, siapa
sebenarnya yang salah?

Jujur saja, menurut pribadi saya, yang salah adalah sistem pendidikan di Indonesia, yang lebih menekankan pada hasil dari proses, sistem yang kurang memberi ruang untuk kreativitas. Kenapa saya bilang begitu? Karena dari yang saya alami, sebagian besar pembelajaran di Indonesia hanya memberi 'rumus jadi'. Sedikit sekali guru yang bersedia menjelaskan proses rumus itu. Dan hampir semua guru yang bersifat sepperti itu, juga merangkap sebagai guru 'Thok'. Maksudnya, guru tipe ini hanya menerima satu rumus, yaitu rumus yang mereka berikan. Tidak jarang mereka menyalahkan siswa hanya karena rumus yang digunakan bukan rumus yang mereka ajarkan, walaupun hasil dan rumus itu benar, hanya dari cara yang berbeda.

Bandingkan dengan sistem luar negeri. Dari yang saya dengar, guru-guru disana justru senang dengan murid yang mengkritik mereka.

Jadi, apa solusinya? Bagi saya yang pasti solusinya bukan hanya mengganti kurikulum, akan tetapi harus dimulai dari guru terlebih dahulu. Seorang petani terlatih menggunakan peralatan kuno tentu akan lebih banyak panen dibanding petani pemula yang menggunakan alkat canggih, bukan?

FIN.

No comments: